Perkembangan Tektonik Tersier Indonesia Bagian Barat Dan Pulau Sumatera



4.1. Umum
Perkembangan tektonik selama tersier dari Indonesia Bagian Barat merupakan pencerminan daripada interaksi antar lempeng Samudera Hindia-Australia yang bergerak ke utara dengan lempeng Asia (Lempeng Mikro Sunda).
Pada interaksi antara lempeng Samudera Hindia-Australia dengan lempeng Sunda setelah gerak rotasi yang kedua pada jaman akhir Miosen Tengah, maka kedudukan daripada lempeng Mikro Sunda terhadap lempeng Hindia-Australia sudah tidak merupakan sudut lancip lagi, sehingga keadaan yang demikian itu akan menimbulkan gaya kompresi regional serta terbentuknya jalur subduksi sepanjang tepi barat pulau Sumatera.
4.2. Pulau Sumatera
Pulau Sumatera terletak pada bagian tepi selatan daripada lempeng BEnua Eurasia yang berinteraksi dengan lempeng Samudera Hindia-Australia yang bergerak kea rah utara timurlaut.
Di utara pertemuan antara kedua lempeng tersebut diatas ditandai oleh daerah tumbukan antara Hindia dengan Asia sepanjang pegunungan Himalaya. Kearah selatan gerak antara bagian kerak samudera dari lempeng Hindia-Australia dengan kerak benua dari lempeng Eurasia ini ditentukan oleh terbentuknya jalur subduksi sepanjang 6500km yang membentang mulai dari laut Andaman di selatan Burma, ke Palung Nikobar dan selanjutnya ke Palung Sunda disebelah barat pulau Sumatera dan selatan Jawa.
Jalur subduksi yang masih aktif ini, disebelah barat laut Andaman dan di sebelah barat daya Sumatera dapat dikenal dari adanya jalur Benioff dibawah pulau Sumatera dapat dikenal dari adanya jalur Benioff dibawah Pulau Sumatera dan taji Akrasi yang membentang dari kepulauan Andaman Nikobar di utara Kepulauan Mentawai di Selatan.
Telah lama diketahui bahwa tektonik pulau Sumatera dianggap sebagai produk deripada interaksi konvergen antara lempeng Hindia-Australia-Asia, dan pola serta ragam tektoniknya dipengaruhi oleh besarnya sudut interaksi serta kecepatan daripada konvergensi lempengnya. Gerak-gerak tersebut telah menghasilkan bentuk-bentuk gabungan subduksi dan sesar mendatar dextral yang mantap tetapi bervariasi. GEologi tersier dan kwarter dari pulau Sumatera yang kita kenal sekarang adalah pencerminan yang wajar dari gerak tersebut meskipun ada aspek-aspek yang tetap masih belum diketahui.
4.2.1. Jalur Subduksi Tersier
Bentuk morfologi dan struktur geologi daripada tepi barat Sumatera dan mencerminkan pengaruh kumulatif daripada gejala subduksi dan gerak sesar mendatar dextral, khususnya yang Nampak adalah sejak Oligosen.
4.2.2. Cekungan Muka Busur (Fore Arc Basin)
Tersier
Rengakaian pulau-pulau yang berada di sebelah barat Sumatera, yang dikenal sebagai busur non-vulkanik, merupakan titik keseimbangan antara pengangkatan yang disebabkan oleh pergeseran (akrasi) jalur subduksi dan gejala penurunan, yang sebagian besar disebabkan oleh pembebanan pada bagian lempeng yang menyusup.
  1. Tektonik Cekungan Muka Bususr Tersier Sumatera
Perkembangan tektonik dan bentuk-bentuk struktur yang terdapat pada cekungan yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatera dan berada diantara jalur pemisah palung dan daratan Sumatera ini, sangat ditentukan oleh:
  1. Besarnya sudut pertemuan antara lempeng Hindia-Australia dan lempeng Sunda di sebelah barat Sumater, dan
  2. Kecepatan daripada gerak lempeng Samudera Hindia-Australia
Bagian barat dari busur sunda ini dicirikan oleh pensesaran yang dihasilkan oleh subduksi yang menyerong dan sesar-sesar mendatar.
  1. Cekungan MUka Busur
Cekungan muka busur dengan pengendapan yang tebal merupakan bentuk yang penting di dalam system palung busur pada tepi benua yang mempunyai tingkat sedimentasi yang cepat.apabila dalam system ini terdapat suatu busur luar (outer arc ridge) maka sedimen-sedimen yang berasal dari busur volkanik akan bertahan dibelakang punggungan dan terkumpul alam jumlah yang sangat tebal di dalam cekungan muka busur seperti itu dapat mencapai lebar 50-100km, dan panjang hingga beberapa ratus km.
4.2.3. Tatanan Geologi Umum Tersier
A. Stratigrafi
Cekungan-cekungan tersier menempati bagian sebelah timur pulau sumatera, seluruhnya terdiri dari:
  1. Cekungan Sumater Utara
  2. Cekungan Sumatera Tengah
  3. Cekungan Sumatera Selatan
Cekungan –cekungan tersebut umumnya dicirikan oleh endapan tersiernya yang sangat tebal dan diendapkan dalam waktu yang relative singkat.
A.1. Cekungan Sumatera Utara
Mempunyai bantuk segitiga yang membuka ke utara, dibatasi oleh tinggian Asahan disebelah tenggara dari cekungan Sumatera Tengah. Pengendapan Eosen sampai Oligosen dibagian barat cekungan dicirikan oleh sedimen klastis kasar (Fm. Meucampil) yang tidak mengalami deformasi, dan berubah secara berangsur ke timur menjadi endapan karbonat paparan (Fm. Tampur). Tidak dijumpainya endapan volkanik yang tersebar luas di dalam Fm . Meucampil, mungkin merupakan indikasi bahwa busur luar yang berada disebelah barat Sumatera Utara, sebagian besar adalah tidak bergunung api, yang juga berarti bahwa tidak ada atau hanya sedikit saja terjadi proses subduksi pada kala itu.
  1. Oligosen akhir hingga Miosen Awal
Pengendapan di cekungan Sumatera Utara adalah konglomerat alas (Fm. Parapat) dan endapan-endapan graben dengan fasies paralis dan darat (Fm. Bruksah). Di bagian-bagian lain , terjadi endapan marin dalam cekungan terbatas dengan lingkungan reduksi (Fm. Bampo).
  1. Miosen Awal-Miosen Tengah
Dicirkan oleh adanya ketidakselarasan yang dapat diamati cekungan Sumatera Utara.
  1. Miosen Akhir Hingga Sekarang
Dicirikan oleh pendangkalan dari Fm. Baong serta dimulainya pengendapan klastik kasar Fm. Ketapang yang kemudia disusul oleh endapan-endapan yang melimpah dari sedimen-sedimen yang sangat kasar dengan lingkungan darat sampai transisi dari formasi-formasi seurula dan Julu Rayau.
A.2. Cekungan Sumatera Tengah
Dipisahkan oleh tinggian Asahan dari cekungan Sumatera Selatandi sebelah tenggara. Dasar daripada cekungan ini diperkirakan terdiri dari kerak benua yang tipis dan sangat terpatahkan (fractured). Hal ini didasarkan pula kepada kenyataan adanya pemanasan yang tinggi, yang ditimbulkan oleh naiknya magma dibagian dalam.tersapat pula cirri-ciri bahwa kegiatan magma sampai sekarang masih berlangsung. Dugaan ini dapat dilihat dari gradient geothermal di lapangan Pedada yang mempunyai nilai rata-rata 8,47o F/100 ft, dibandingkan dengan latar belakang di daerah itu yang hanya 4o F/ 100 ft.
A.3. Cekungan Sumatera Selatan
Cekungan Sumatera Selatan membentang mulai dari tinggian Asahan dibaratlaut ke tinggian Lampung yang terletak di bagian paling selatan pulau. Dibatasi oleh pegunungan Barisan di sebelah baratdaya, dan daratan pra-tersier disebelah timur laut.
  1. Struktur Geologi
B.1. Sumatera Utara
Gejala pengangkatan nampaknya telah berhasil menghilangkan jejak-jejak daripada struktur-struktur terdahulu di Sumatera Utara. Menurut Davies (1984) ada kecenderungan bahwa cekungan Sumatera Utara ini suatu saat pernah menjadi satu dengan cekungan-cekungan Aceh Barat dan Sumatera Barat, dimana sekarang telah menjadi terpisah oleh pegunungan barisan. Cekungan Sumatera Utara ini terdiri dari sub-sub cekungan yang dipisah-pisahkan oleh tinggian-tinggian setempat yang penting disini adalah sub cekungan : Jawa-Paseh di utara, Loksukon dan Tamiang dibagian tengah, dan sub cekungan Langkat dan Siantar di sebelah Tenggara.
Lanjutan daripada gerak rotasi dari lempeng Mikro Sunda sejak akhir Miosen Tengah dan menempatkan sumatera pada posisi tegasan kompresi selama Pilosen, maka di Sumatera utara akan menimbulkan:
  1. Tegasan kompresi yang berarah N20oE sebagai akibat daripada konvergensi lempeng (disebut juga tegasan Sumatera), dan
  2. Tegasan kompresi yang berarah antara N170oE dan N160oE, yang disebabkan karena gerak-gerak yang terjadi di laut Andaman (yang mulai membuka sejak 13 jtl) disebut juga sebagai tegasan Andaman.
B.2. Sumatera Tengah
Tektonik dari cekungan Sumatera Tengah, seperti cekungan-cekungan lainnya di Sumatera Timur juga tidak lepas dari pengaruh interaksi dak subduksi dari lempeng samudera Hindia dengan tepi lempeng Sunda. Subduksi tersebut di sumatera tengah ini menimbulkan terbentuknya “Sell Konveksi Mantel Bumi” dan “diaper”, yang menyebabkannya terjadinya “rezim” regangan pada bagian kerak diatas dengan suatu gejala pemekaran di regangan pada bagian kerak diatas dengan suatu gejala pemekaran di belakang busur. Kegiatan magma “Hypabyssal” dari bagian yang dalam melalui sesar dan menerobos sedimen-sedimen Tersier diatasnya telah menimbulkan aliran panas yang tinggi (high heat flow) seperti telah diuraikan sebelumnya, cekungan Sumatera Tengah ini mempunyai gradient geothermal yang tertinggi dari cekungan-cekungan belakang busur yang terdapat pada bagian tepi daratan Sunda.
  1. Struktur Cekungan Ombilin:
Diperkirakan secara detail oleh Koesoematdinata dan Matassak (1981). Secara structural dapat disamakan dengan Ridge Basin di California, A.S. Luas permukaannya kurang lebih 25x60 km, memanjang dengan arah parallel dengan struktur utama Sumatera.
  1. Susunan Stratigrafi
Cekungan pull apart umumnya dicirikan oleh:
  1. Proses pengendapan yang tinggi
  2. Pola asimetri dari urut-urutan sedimen dan fasies
  3. Bentuk pengendapan yang menunjukkan batas dengan sesar pada bagian tepi cekungan (endapan kipas-kipas alluvial fanglomerates, limpah banjir, lakustrin dsb)
Struktur yang mewarnai Cekungan Sumatera sendiri , juga memperlihatkan pengaruh yang kuat daripada tegasan “koppal” dextral itu, antara lain berupa:
  1. Sesar-sesar dengan kemiringan bidang yang besar, dan arah pergeserannya dapat berubah sepanjang jurusnya
  2. Sesar sungkup dan struktur bunga (flower structure)
  3. Poros-poros lipatan yang arahnya membuat sudut lancip dengan sesar
  4. Sesar-sesar yang dicirikan oleh lapisan-lapisan yang menebal pada bagian yang turun.
DiSumatera Tengah dapat dibedakan adanya dua pola sesar yang menonjol, yaitu arahnya utara-selatan dan yang arahnya baratlaut-tenggara. Kedua pola sesar tersebut aktif sepanjang tersier, dengan adanya bukti-bukti sebagai berikut:
  1. Endapan Paleogen, sebenarnya dikontrol oleh kedua pola sesar tersebut, meskipun yang palingmenonjol adalah sesar utara-selatan
  2. Struktur lipatan yang ada diatas pola sesar yang berarah utara selatan memperlihatkan bentuk yang lazim dijumpai pada gerak sesar mendatar dekstral. Struktur diatas sesar tersebut melibatkan juga lapisan batuan yang muda. Hal ini menunjukkan bahwa sesar yang berarah utara-selatan itu tidak saja berumur Paleogen, tetapi juga telah aktif pada Pilo-Plistosen.
  3. Kedua pola sesar tersebut saling berpotongan dengan membentuk pola doglag (kaki anjing), dengan pergeseran-pergeseran yang tidak konsisten.
B.3. Sumatera Selatan
Secara fisiografis bagian selatan dari Sumatera ini dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
  1. Cekungan sumatera selatan
  2. Bukit barisan dan tinggian lampung
  3. Cekungan Bengkulu, meliputi lepas pantai antara daratan sumatera dan rangkaian pulau-pulau disebelah barat sumatera, dan
  4. Rangkaian kepulauan di sebelah barat sumatera yang membentuk suatu busur tak bergunung api di sebelah barat sumatera.
  1. Cekungan Sumatera Selatan
Merupakan bagian dari cekungan Sumatera Timur dan dipisahkan dari cekungan Sumatera Tengah di utaranya, oleh pegunungan duabelas/ tigapuluh, yang merupakan singkapan batuan tersier.
Cekungan ini dikenalsebagai cekungan yang kaya minyak bumi dan terdiri dari dua sub cekungan, yaitu sub cekungan Palembang dan sub cekungan jambi.
  1. Pola Struktur
Ada 3 sesar utama, utara selatan, timur laut baratdaya, barat laut tenggara.
Perlipatan yang melibatkan semua batuan Tersier di cekungan Sumatera Selatan memperlihatkan arah yang hampir sama yaitu baratlaut-tenggara, kurang lebih tegak lurus pada tegasan Sumatera yang berarah timurlaut-baratdaya. Pola-pola sesar ini juga nampaknya sangat berperan sebagai control dalam sebaran dan bentuk daripada cekungan dan sub-sub cekungan di sumatera selatan.
4.2.3.      Perkembangan Tektonik Tersier
Perkembangan tektonik tersier dari pulau sumatera dengan demikian dapat disarikan, sebagai berikut:
  1. Eosin awal-oligosen awal
Persentuhan atau interaksi kedua lempeng Hindia-Australia tidak membentuk suatu jalur subduksi. Hal ini juga dibuktikan dengan tidak dijumpainya kegiatan volkanisme pada periode tersebut.
  1. Oligosen Akhir-Miosen Awal
Gerak rotasi awal Mikro Sunda yang pertama ini masih belum dapat menempatkan kedudukan Sumatera kedalam keadaan dimana inteaksi anatar kedua lempeng ini akan mampu menimbulkan terjadinya tegasan kompresi.
  1. Miosen Tengah
Rotasi daripada lempeng mikro sunda terhenti, yang disusul oleh pengangkatan regional. Dalam periode ini terjadi pengaktifan kembali daripada sesar-sesar dan penurunan cekungan semakin cepat.
  1. Miosen Atas sampai Sekarang
Rotasi yang kedua dimulai sebesar 20-25o ke arah yang berlawanan dengan jarum jam yang diacu oleh membukanya laut Andaman.pada saat ini interkasi lempeng Hindia Australia dengan lempeng Sunda sudah meningkat 40o menjadi 65o yang mengakibatkan terjadinya tegasan kompresi. Keadaan ini menyebabkan bukit barisan mengalami peningkatan kegiatan vulkanisme. Di barat sumatera terbentuk jalur subduksi dan sesar-sesar mendatar yang memungkinkan terjadinya cekungan regangan(pull apart basin) antara busur luar dan daratan Sumatera.
Sebagai akibat dari rotasi yang berkelanjutan ini juga mengakibatkan sesar normal yang berubah menjadi utara selatan, aktif kembali sebagai sesar mendatar (dextral).

Komentar