5.1.
Umum
Perbedaan
utama dalam pola interaksi Lempeng HIndia-Australia, LEmpeng Eurasia, dan
Lempeng Mikro Sunda, terletak pada arah mendekatnya lempeng Hindia-Australia ke
lempeng Sunda. Di Jawa arah tersebut hampir tegak lurus.
Sebagai
produk dari perbedaan itu maka beberpa gejala geologi yang agak berlainan
dengan di Sumatera adalah:
1. Produk
gunung api muda mempunyai susunan yang lebih basa bila dibandingkan dengan di Sumatera.
2. Gunung
api berumur tersier akhir kebanyakan terletak atau bertengger di atas endapan
marin berumur neogen, sedangkan di sumatera terletak diatas batuan pra tersier.
3. Batuan
dasar di Pulau Jawa terdiri dari komplek mélange berumur kapur-tersier awal,
dan
4. Di
pulau Jaea tidak dijumpai adanya tanda-tanda unsure kerak benua.
Unsur-unsur tektonik yang membentuk
Pulau Jawa adalah:
a. Jalur
subduksi Kapur-Paleosen yang memotong Jawa Barat, Jawa Tengah dan terus ke
timurlaut menuju Kalimantan Tenggara.
b. Jalur
magma kapur di bagian utara Pulau Jawa
c. Jalur
magma Tersier yang meliputi sepanjang pulau terletak agak ke bagian selatan
d. Jalur
subduksi tersier yang menempati pegunungan bawah laut di selatan pulau Jawa,
dan
e. Palung
laut yang terletak di selatan pulau Jawa, dan merupakan batas dimana lempeng/
kerak samudera menyusup ke bawah pulau Jawa (jalur subduksi sekarang)
5.2. Struktur Regional
Pola struktur regional dari Pulau Jawa
dapat dilihat dari hasil penelitian gaya berat. Penelitian gayaberat yang
dilakukan oleh Direktorat Geologi sejak tahun 1965, yang meliputi seluruh pulau
JAwa menunjukkan adanya 3 jalur utama anomaly garaberat, masing-masing:
a. Jalur
selatan dengan anomaly +90 hingga +170 mgl, yang berimpit dengan Pegunungan
Selatan
b. Jalur
tengah dengan anomaly +10 hingga 110mgl yang hampir berimpitan dengan jalur
pluton/ gunung api, dan
c. Jalur
utara dengan anomaly +10 hingga +50 mgl, yang mengikuti jalur sedimen yang
terlipat di cekungan utara jawa.
Disamping itu anomaly tinggi hingga
mencapai +180 mgl hingga +212 mgl, ditemukan di sudut baratdaya pulau didaerah
Jampang, mungkin ditimblkan oleh Komplek Ofiolit. Sedangkan anomaly negative
sampai -60 mgl teramati sepanjang Jalur Kendeng di bagian timur pulau, anomaly
ini terus sampai ke Pulau Madura.
Suatu bentuk anomaly terdapat disekitar
kota Jakarta yang menggambarkan adanya batuan dasar yang dangkal yang merupakan
punggungan yang memanjang kea rah Kepulauan Seribu.
5.2.1. Penafsiran Data Gaya Berat
Dari pola struktur regional yang dapat
diamat dari data gaya berat baik yang dalam maupun yang dangkal itu pada garis
besar besarnya dapat ditarik suatu korelasi dengan kedudukan dari Pulau Jawa
terhadap perkembangan interaksi konvergen antara lempeng Hindia-Australia
dengan lempeng Mikro Sunda.
Pola sturktur yang arahnya barat laut
(atau arah sumatera, mungkin dapat dianggap sebagai produk daripada produksi
mesozoik dan tersier di Sumatera, sedangkan yang arahnya timurlaut baratdaya
(atau dikenal juga sebagai arah Luh Ulo Meratus) dapat dikaitkan dengan jalur
subduksi kapur paleosen dan yang arahnya barat timur mungkin dapat dihubungkan
dengan pengaruh jalur subduksi tersier dan kwarter di selatan Jawa.
5.3. Tatanan Tektonik
Secara regional paulau Jawa dapat
dibedakan adanya 3 satuan tektonik, yaitu:
a. Cekungan
jawa utara,yang terdiri dari cekungan jawa baratlaut dan cekungan timur laut
b. Daerah
cekungan bogor-kendang, dan
c. Daerah
cekungan pegunungan selatan
5.3.1. Tatanan Tektonik Jawa Barat
a. Pola Struktur
berdasarkan daya gaya berat, seismic
citra Landsat/ foto udara dan pengamatan lapangan (singkapan) di jawa barat ini
dapat dibedakan adanya 3 pola sesar,
yaitu:
1. Yang
arahnya baratlaut tenggara(arah sumatera)
2. Timur
barat (arah jawa)
3. Arah
selatan yang sangat dominan di bagian utara pulau jawa dan kawasan laut jawa.
5.3.2. Tatanan Tektonik Daerah Jawa
Tengah
Secara fisiorgafi, jawa tengah dapat
dibagi menjadi 4 bagian, dari selatan ke utara masing-masing:
a. Dataran
pantai selatan
b. Pegunungan
serayu selatan
c. pegunungan
serayu utara
d. dataran
pantai utara
a. Pola
struktur
Dari data gaya berat, pola struktur di
jawa tengah memperlihatkan adanya tiga arah utama yaitu baratlaut-tenggara
dekat perbatasan dengan jawa barat, timurlaut-baratdaya di selatan dan sekitar
Gunung Muria, dan timur barat yang umumnya berupa perlipatan.
5.3.3. Tatanan Tektonik jawa Timur
Batuan pra tersier tidak tersingkap di
daerah Jawa Timur ini. Bagian tengahnya ditempati oleh jalur vulkanik kwarter.
Satuan-satuan fisiografi yang dapat dibedakan terdiri dari ((dari selatan ke
utara):
a. Pegunungan
selatan
b. Jalur
depresi tengah
c. Jalur
kendeng
d. Depresi
randublaung, dan
e. Zona
rembeng yang dapat diteruskan ke pulau Madura
5.3.4. Pulau Madura
Secara fisiografis Pulau Madura masih
merupakan bagian dari cekungan Jawa Timur Utara dan termasuk ke dalam Zona
REmbang. Zona ini di sebelah utaranya dibatasi oleh suatu struktur penting yang
arahnya barat-timur dari paparan Madura Utara.
5.4. Analisa Tektonik Pulau awa
Di Jawa jalur-jalur subduksi yang dapat
dikenali adalah:
1. Jalur
subduksi akhir kapur yang sekarang mempunyai arah hampir baratdaya-timurlaut,
dan
2. Jalur
tumbukan tersier yang terletak di selatan pulau Jawa, berimpit dengan
punggungan bawah laut dengan arah barat-timur
Berdasarkan data pola struktur, tektonik
dan sedimentasi, perkembangan tektonik dari pulau jawa dapat disarikan sebagai
berikut:
1. Pada
zaman kapur atas-Paleosen, interaksi konvergen antara lempeng Hindia-Australia
dengan lempeng Mikro Sunda membentuk jalur subduksi yang arahnya
baratdaya-timurlaut.
2. Di
daerah-daerah yang terletak antara jalur subduksi dan busur magma terdapat
cekungan pengendapan muka-busur dengan endapan-endapan didominasi oleh
vulkaniklastik dan turbidit. Pada cekungan-cekungan terbatas terdapat endapan
olisostrom.
3. Oligosen
akhir-Miosen Awal, terjadi gerak rotasi yang pertama sebesar 22o kea
rah yang berlawanan dengan jarum jam dari lempeng Sunda.
Akibat gerak rotasi tersebut,
gejala tektonik yang terjadi di wilayah Pulau Jawa:
1. Jalur
subduksi kapur paleosen yang mengarah barat-timur, berubah menjadi timur
timurlaut-barat baratdaya
2. Sesar-sesar
geser vertical (dip slip faults) yang
membatasi cekungan-cekungan muka busur dan bagian atas lereng (upper slope basin), sifatnya berubah
menjadi sesar-sesar geser mendatar. Perubahan gerak daripada sesar tersebut
akan memungkinkan terjadinya cekungan –cekungan (pull apart)khususnya di Jawa Tengah utara dan Laut Jawa bagian
timur, termasuk Jawa Timur dan Madura.
Menjelang akhir miosen awal, gerak
rotasi yang pertama daripada lempeng Mikro Sunda mulai berhenti.
4. Miosen
Tengah terjadi percepatan pada gerak lempeng Hindia-Australia dengan 5-6 cm/th
dan perubahan arah menjadi N20oE pada saat menghampiri lempeng Mikro
Sunda. Pada akhir Miosen Tengah, terjadi rotasi yang kedua sebesar 20-25o,
yang diacu oleh membukanya laut Andaman.
5. Berdasarkan
data kemagnetan purba, gerak daripada lempeng Hidia-Australia dalam menghampiri
lempeng Sunda, mempunyai arah yang tetap sejak Miosen Tengah yaitu dengan arah
N20oE
Perubahan
pola tektonik terjadi di Jawa Barat sebagai berikut:
1. Cekungan
muka busur Eosen yang menempati cekungan pengendapan Bogor, berubah statusnya
menjadi cekungan belakang busur dengan pengendapan turbidit
2. Sebagai
penyerta dari interaksi lempng konvergen, tegasan kompresif yang berkembang,
menimbulkan terjadinya sesar-sesar naik yang arahnya sejajar dengan jalur
subduksi dicekungan belakang busur. Menurut Sujono (1987) sesar-sesar tersebut
mengontrol sebaran endapan kipas-kipas laut dalam.
Komentar
Posting Komentar